Minggu, 28 November 2010

Manfaat Penghijauan Bangunan Kota
Era Baru Rabu, 23 September 2009

altMenyelimuti atap bangunan dengan tanaman menghasilkan banyak manfaat bagi lingkungan perkotaan termasuk, meredam terpaan hujan, menghemat energi, dan menyediakan habitat untuk satwa, demikian yang dikatakan tim peneliti internasional.
Ulasan sejarah dan penelitian terhadap “atap hijau”, dipublikasikan di jurnal Bioscience, ditutup dengan kesimpulan bahwa teknologi ini secara luas telah diadopsi di beberapa negara di Eropa dan Jepang, penelitian lebih lanjut dan dukungan pemerintah dibutuhkan untuk mendorong pemakaian konsep “atap hijau” ini di belahan dunia yang lain.
Masyarakat telah menanami atap rumahnya sejak jaman dahulu, dan atap tanaman tersebut adalah petak hijau sebagai ungkapan selamat datang untuk banyak penduduk kota. Di masa modern, lebih fungsional, atap hijau dikenal pertama kali di Jerman pada awal tahun 1990-an sebagai cara untuk mencegah kerusakan pada atap dari radiasi matahari dan membuat bangunan menjadi lebih tahan api.
“Atap hijau” dapat dibuat pada atap datar dan miring, pada bangunan yang sudah jadi maupun yang sedang dibangun. Atap tersebut terdiri dari lapisan penyekat yaitu membran waterproof dan lapisan media-tanam dengan tebal hingga 20cm.
Tanah ini biasanya memiliki komposisi butir-butir tanah liat yang ringan dan batu pecah. Atap hijau ini hanya butuh perawatan dan pengairan yang sederhana, tetapi dikarenakan posisinya yang terekspos sehingga agak menyulitkan tanaman untuk bertahan.
Sebuah riset yang telah diselenggarakan sejak tahun 1980, tanaman musim kemarau ditemukan sebagai koloni paling sukses, tetapi laporan terbaru menyebutkan titik berat untuk penelitian ke depan pada kebutuhan spesies yang sesuai, terutama untuk iklim yang berbeda.
Walaupun pengerjaan “atap hijau” lebih mahal daripada atap konvensional, namun memiliki nilai efektif lebih lama, kata para peneliti, sebab mereka dapat menghemat energi dan mampu melindungi properti di bawahnya. Misalnya, tanaman dan tanah melindungi membran waterproof dari kerusakan akibat radiasi ultraviolet matahari, mampu memperpanjang fungsinya hingga lebih dari 20 tahun. Beberapa “atap hijau” di Berlin telah bertahan 90 tahun tanpa perbaikan yang berarti, tertulis dalam laporan.
“Atap hijau” juga menurunkan temperatur permukaan atap. Sebuah eksperimen di Kanada menemukan bahwa suhu atap hijau hanya mencapai 30°C di musim panas dibandingkan atap biasa yang mencapai 70°C.
Terpaan  panas yang masuk pada bangunan selama musim panas juga mampu direduksi oleh atap hijau, sehingga mengurangi pemakaian AC dan menghemat energi. Dengan mereduksi banyak daya serap permukaan terhadap panas di wilayah kota, temperatur seluruh kota pun dapat berkurang.
Salah satu manfaat terbesar dari atap hijau, menurut para peneliti, adalah kemampuannya “menangkap” air dan kapasitas penguapannya. Kemampuan inilah yang mengurangi banyaknya aliran air hujan dari bangunan, sehingga mampu mengurangi derasnya aliran hujan dan sistem pembuangan dan membantu  membebaskan banjir. Sebuah tes di Amerika Utara, ditemukan bahwa atap hijau mampu mengurangi aliran dari bangunan hingga 60—79%.
Beberapa manfaat lainnya disebutkan dalam artikel, adalah sebagai peredam suara dan kemampuannya memperbaiki kualitas udara. Efek negatif yang dilaporkan hanyalah meningkatkan terurainya zat nitrogen dan fosfor dalam aliran air. Pengurangan pemupukan, pemakaian tanah yang berbeda dan pemilihan spesies tanaman yang tepat di mana dapat menyerap nutrisi dan polutan lainnya dapat memecahkan masalah ini, demikian yang dianjurkan para peneliti.
Kelompok konservasi alam telah mempromosikan atap hijau sebagai tempat perlindungan bagi satwa termasuk kumbang, laba-laba, semut, lebah, sarang burung dan beberapa tanaman lain. Tetapi diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap ekosistem atap hijau. (Epoch Times/feb)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar